25 December 2006

Ke Mana Perginya Kemesraan Ini?

Pertentangan dan pertengkaran itu bumbu kehidupan suami-istri. Namun ketika berubah menjadi perseteruan yang menorehkan luka mendalam, hubungan Anda dengan pasangan dalam krisis.

Masih lekat dalam ingatan Leva dan Deni, betapa manisnya awal cinta kasih mereka hingga mereka bersatu dalam sebuah perkawinan. Masih lekat pula memori indah ketika si kecil hadir menghangatkan rumah mungil hasil kerja keras bersama. Tetapi kini… semua lenyap ditelan bumi. Rumah demikian suram, si kecil rewel, Leva menangis di kamarnya dan, di tempat lain Deni mempertanyakan ke mana arah bahtera perkawinan ini berlayar.

Memikirkan kesempatan kedua
Berbagai studi mengemukakan, pertengkaran dan pertentangan dalam 5 – 7 tahun pernikahan bukan sesuatu yang janggal. Namun ketika kemarahan dan perseteruan berlanjut menjadi rasa kecewa dan luka mendalam, biasanya masing-masing pihak mulai berpikir, “Bagaimana hubungan kami bisa menjadi seburuk ini?”
David Wilchfort , terapis perkawinan di Munich, Jerman, menekankan agar bila menghadapi kondisi ini, pasangan muda tidak tergesa-gesa memutuskan untuk mengakhiri hubungan. “Sebuah kesempatan kedua bisa menjadi pilihan dan sukses dilalui banyak pasangan suami-istri dalam krisis,” jelasnya. Syaratnya, masing-masing pasangan melangkah bersama dengan pandangan yang tepat, terutama terhadap upaya membangun kembali ‘puing-puing' rumah tangga yang berserakan.
Tentu sayang meninggalkan begitu saja kenangan manis yang pernah Anda alami bersama pasangan. Jika Anda memiliki harapan bersama pasangan untuk berjuang meniti masa depan, Anda perlu mengikuti saran Wilchfort untuk menjawab beberapa pertanyaan kritis. Leva dan Deni, misalnya, menyadari jika hubungan mereka tak lagi dapat disatukan. Dilihat dari aspek mana pun, perkawinan mereka terancam bubar. Namun, sebagaimana pasangan lain yang juga sedang dalam krisis, hari-hari begitu membingungkan. Di suatu hari, masalah mereka tampak begitu jelas, dan tak ada lagi yang dapat diselamatkan. Tapi di hari lain, masing-masing masih merasa saling menyayangi dan menyesal, mengapa hubungan mereka retak.
Untuk meluruskan benang kusut dalam hati pasangan seperti Leva dan Deni, Wilchfort menyarankan masing-masing mempertanyakan diri mereka secara kritis ( Lihat Boks: “Ke mana rumah tangga ini akan dibawa?” ). Dari jawaban Anda, Anda dapat menelaah apakah hubungan Anda dengan pasangan masih dapat dipertahankan atau terpaksa harus diakhiri. Jika jawabannya sebagian besar “ya”, berarti Anda siap memulai kembali hubungan Anda dengan pasangan.
Untuk itu, ada beberapa hal yang harus dan tidak boleh dilakukan. “Terkadang, masing-masing pihak harus menahan diri bahkan berkorban untuk membenahi hubungan. Rasanya seolah menelan pil pahit memang. Tetapi itulah satu-satunya cara untuk memanfaatkan kesempatan kedua,” ungkap David.

Bulan madu kedua dan ‘PR'
Salah satu cara yang paling umum disarankan para ahli atau penasihat perkawinan adalah melakukan perjalanan bersama atau bulan madu kedua. Manfaat bulan madu kedua memang bukan ‘isapan jempol'. Kerap kali pasangan dalam krisis merasakan cinta yang lebih segar, hangat dan indah sepulang bulan madu. Namun, tak jarang, beberapa pasangan kembali dihadang badai, yang barangkali lebih keras dibanding sebelumnya.
Wilchfort berpendapat, kegagalan pasangan sepulang bulan madu, karena mereka seringkali lupa mengerjakan ‘pekerjaan rumah' (PR), yang seharusnya mereka kerjakan selama dan sesudah bulan madu.
“Pasangan suami-istri biasanya terlalu yakin masalah secara otomatis sirna melalui bulan madu kedua. Padahal, dalam membina rumah tangga, memelihara hubungan suami-istri tak berjalan dengan sendirinya. Perlu daya dan upaya ekstra,” jelas David.
Krisis rumah tangga tak mungkin tidak meninggalkan bekas luka. Rasa tidak percaya tak otomatis beralih menjadi rasa saling percaya. Rasa kesal tak lantas lenyap dari hati meskipun beberapa hari disisihkan untuk dilewati bersama dengan indah dan memperbaiki hubungan. Artinya, prinsip yang harus sama-sama diyakini bukanlah melupakan masalah, melainkan memperbaiki akar masalah.
Komunikasi tentu modal utama. Jika Anda merasa perlu mendapat pelatihan komunikasi efektif pernikahan atau berkonsultasi, fokuskan upaya perbaikan dengan melatih keterampilan berkomunikasi. Dengan begitu bulan madu tak mengalir tanpa arah. Padahal Anda berdua ingin mencapai sebuah perbaikan. Dari studi yang dilakukan Wilchfort, pasangan suami-istri bahkan dapat mengatasi masalah saat masih dalam proses saling belajar berkomunikasi dan mengkomunikasikan diri.
Prinsip berikutnya, setelah mencapai perbaikan, Anda berdua harus membangun kembali hubungan dari keretakan. Modal utamanya adalah kompromi. Dengan saling membuka diri untuk berkompromi, beberapa kesepakatan baru perlu dibuat, dan perubahan dapat terjadi.
Percayalah, perubahan yang Anda jumpai, baik atau buruk, bukanlah hasil kerja ‘tangan-tangan ajaib', melainkan kerja keras, daya dan upaya berdua untuk mengelola kembali hubungan indah yang Anda jalin bersama.

Andi Maerzyda A. D. Th.


“Ke Mana Bahtera ini Berlayar?”

Berikut pertanyaan-pertanyaan yang dapat membawa masing-masing pihak pada jawaban atas pertanyaan, ”Ke mana bahtera rumah tangga ini akan dibawa?”:
• Apakah salah satu dari Anda bersikap tidak loyal?
• Apakah Anda masih saling menghormati?
• Apakah Anda bersama-sama dapat berkembang dalam perkawinan ini?
• Apakah Anda berdua masih dapat membuat sebuah keputusan penting bersama-sama?
• Apakah Anda berdua masih memiliki tujuan bersama di masa depan?
• Apakah Anda berdua masih dapat tertawa bersama?
• Apakah Anda masih memiliki banyak waktu untuk makan bersama?
• Apakah Anda masih memiliki kepedulian satu sama lain?
• Apakah Anda masih dapat menikmati kedekatan fisik satu sama lain?
• Terlepas dari semua masalah yang menimpa hubungan Anda dengan pasangan, apakah Anda ingin menjalin kembali hubungan Anda yang retak dengan pasangan?


Sukses Bulan Madu Kedua

• Persiapkan perjalanan sebaik mungkin. Pastikan akomodasi dan transportasi tidak berpotensi memunculkan masalah. Bila perlu, minta bantuan biro perjalanan tepercaya.
• Pilih tempat yang membawa Anda kembali pada kenangan indah saat pertama kali berjumpa atau bulan madu pertama.
• Lupakan sementara waktu urusan kantor, anak (bisa dititipkan pada orang tua atau kerabat yang dapat dipercaya), dan berbagai masalah yang menjadi sumber keretakan.
• Cobalah mengingat kembali kenangan indah dari hal-hal sederhana. Misalnya, agar komunikasi lebih hangat, panggillah pasangan dengan nama sayang Anda ketika masih berpacaran. Atau, kenakan pakaian maupun wewangian yang disukai pasangan.
• Persiapkan pula strategi untuk memperbaiki hubungan. Artinya, nikmati perjalanan, keintiman dan kehangatan saat bersama pasangan, tetapi dengan tetap mengerjakan ‘PR' yang Anda bawa dari rumah. Jangan sia-siakan kesempatan yang ada. ‘PR' berlanjut hingga hari-hari sepulang Anda bulan madu.

Cantique's

No comments: